kuingat kembali kejadian beberapa malam lalu. dimana hujan mengguyurku dengan terpaan angin yang menyertai sepanjang jalan. apa yang terjadi denganku malam itu? Gusti… nyuwun pituduh…
7 Februari, rasanya baru kemarin. dan aku tau malam seperti yang malam itu bukanlah malam pertama bagiku dimana kondisi batinku benar-benar dalam kondisi yang jatuh. bagaimana bisa aku lupa akan kejadian yang sudah-sudah. sebuah siksaan batin yang aku sendiri lah yang memulainya.
macam seismograf, alat pencatat gempa, maka hatiku malam itu ada dalam kondisi dimana catatan seismograf dalam posisi paling bawah, depresi yang sangat.
apa kira-kira obatnya? dari beberapa halaman web yang sudah kubaca, mendekatkan diri pada sang pencipta merupakan kunci utama bagiku agar dapat bebas sepenuhya dari siksaan yang kubuat sendiri. jangan sampai aku mengubur diriku sendiri dalam lubang kubur yang kugali sendiri.
just it.