Nafsu dan Kepala

Melihat siaran program salah satu stasiun televisi pagi ini. Biasanya tidak begitu saya tertarik dengan acara tersebut. Namun ada satu kutipan yang patut diberi garis bawah, sehingga pagi itu jadi tertarik melihat!

Acara tersebut merupakan program da’i, yang berusaha menjawab setiap permasalahan umat.

Salah satu kutipan si da’i yang membuat saya menggarisbawahi adalah Allah SWT menciptakan nafsu di bawah (selangkangan) sedangkan pikiran (akal) berada di atas (kepala), ini artinya bahwa Allah SWT memerintahkan kita untuk lebih banyak berpikir dan tidak berkutat dan dipermainkan oleh nafsu (selangkangan) belaka.

Sebenarnya arti kata nafsu di atas memiliki arti yang luas, namun dalam konteks jawaban da’i tersebut memberikan contoh bagaimana tidak sedikit manusia yang ‘kalah’ dengan urusan selangkangan. Derajat manusia jatuh dengan demikian dalam karena urusan selangkangan.

Di siang hari, masih dalam hari yang sama, sepulang dari kegiatan di luar, adik-adik saya melihat program TV–yang ternyata memiliki satu garis cerita dan pesan!

Program TV tersebut sejauh penilaian saya sebenarnya acara kerohanian bagi kaum nasrani. Hanya saja pesan moral yang disampaikan sebagian bersifat ‘universal’, maka masih dapat diterima oleh pihak yang berseberangan paham.

Inti acara program TV di siang hari itu adalah janganlah kita merasa nafsu kita lebih besar daripada kemampuan kita untuk mengontrolnya. Karena Tuhan (Yesus) memberi kita kemampuan yang luar biasa untuk dapat mengendalikan nafsu. Hanya bisikan iblis saja yang dapat melemahkan hati kita. Lalu bagaimana caranya? adalah dengan mendekatkan diri kita pada Tuhan (Yesus). Karena dengan pendekatan pada Tuhan dan berdoa pada Tuhan, maka Tuhan lewat ‘kasih’ Nya Tuhan akan mengendalikan nafsu kita untuk kita. Kurang lebih penangkapan saya seperti itu, karena cara bicara pembawa acara itu terlalu berapi-api!

Jadi pada intinya adalah? Dalam simpulan pribadi saya sendiri, ya.. intinya dalam ajaran agama apapun, manusia diajarkan untuk mengendalikan hawa nafsunya. Adalah hal yang paling berat untuk mengalahkan diri sendiri.

Belajar! ya, belajar untuk mengendalikan nafsu. Karena kan manusia tanpa keimanan pada Gusti Allah, tanpa mematuhi ajaran agama, akan menjadi seonggok daging hidup yang berjalan yang selalu menabrak sana-sini untuk memuaskan nafsunya. Tak ubahnya makhluk melata lainnya.

Sinisme: Kayak alim banget aja ngasih tulisan berisi nasihat.

Jawabnya: Woi2! namanya juga lagi belajar! Masa mau bejat terus! 🙂

[]

Tinggalkan komentar