pertanyaan simpel yang jadi tulisan ini muncul di kepalaku. gimana caranya kita agar tetap membumi. tetap menjadi siapa diri kita yang dikenal ramah oleh orang sekitar kita. kadang kala kepongahan itu muncul, bersamaan dengan rasa syukur atas karunia tuhan yang telah Ia berikan.
kepongahan itu bukan berarti sesuatu yang bikin kita besar kepala. tapi, just something we don’t want to be stay and growth in our brain and heart.
satu kali kucoba untuk mengelak saat seseorang bertanya padaku. tapi kemudian orang yang lain–yang tau kondisiku saat ini–malah mengatakan bahwa ngga boleh aku berbohong macam itu. ngga baik, kata orang itu.
well, tuh kan… aku jadi serba repot. maunya hatiku biar aku saja yang tau atau, biar saja mereka tau dengan sendirinya, eh.. tapi malah menjadi lain di mata orang lain.
huff…
akhirnya muncullah pertanyaan “how to keep DOWN TO THE EARTH” di kepalaku.
by the way DOWN TO THE EARTH kalo diartikan dalam bahasa Indonesia ngga memiliki terjemahan JATUH KE BUMI kan(?)… :-D… (malah sakit dong… ckakakakakkk).
“Tuhan bimbing hatiku
biar aku tak jadi melanggar… ” (song of Melly Goeslaw)…